Kejutan pertama, Raka sakit selama seminggu, persis di minggu UAS. Dimulai dengan demam tinggi sampai menggigil, yang gak turun2 selama 5 hari berturut2. Jangan tanya tes lab apa aja yang sudah dijalani atas saran dokter. Mulai dari tes darah rutin, NS1 untuk DBD, tes darah untuk leptospira, sampai swab tenggorok untuk suspect difteri. Hasilnya, semua negatif. Tapi sampai hari ke-5, demam masih tinggi sampai tengah hari bolong pun Raka menggigil.
Awalnya kita berobat di sebuah rumah sakit lumayan besar di kompleks dekat rumah, tapi sampai ganti dokter 2 kali pun blum ada diagnosa pasti yg bisa ditegakkan. Karena dokter yang terakhir minta Raka untuk segera dirawat kalau panasnya belum turun, kita memutuskan untuk cari second opinion dulu ke dokter lain di rumah sakit lain. Alhamdulillah dokter yang ini amat sangat informatif, walaupun juga belum bisa memberi diagnosa pasti karena ada hasil lab yang belum keluar. Untuk obat-obatan, hanya diberikan obat anti radang dengan tetap meneruskan antibiotik dari dokter sebelumnya. Dan jreeng... malam itu juga demamnya Raka lenyap gak berbekas.
(15 Desember 2011, hari pertama demamnya turun ^^)
Persis seminggu sesudah Raka sembuh, eh.. kok ya ndilalah gantian papanya Raka yang demam tinggi. Juga sampai menggigil. Gejala2 awalnya mirip waktu Raka sakit, ada batuk2 lalu diikuti demam. Hari ke-2 demam, dipaksain untuk tes lab. Hasilnya, NS1 untuk DBD negatif. Eh tapi kok sampai hari ke-4 juga masih demam walopun sudah minum antibiotik resep dokter + parasetamol. Tes lab lagi.. ternyata jeng-jeeng.. trombosit udah turun jadi 130ribuan + SGOT-SGPTnya tinggi sekali. Ya sudahlah, pasrah aja kalo gini mah. Jadi deh tanggal 24 Desember persis di malam natal papanya Raka harus check-in. Memang sih kita gak natalan, tapi kan tetep aja.. ^^
Alhamdulillah, papanya Raka hanya 5 hari dirawat di rumah sakit. Semogaa habis ini gak gantian saya yang tumbang ^^
PS: saya memang sengaja gak cerita banyak tentang detil medisnya, baik tentang sakitnya Raka atau papanya. Takutnya saya salah menyimpulkan, karena memang ada hasil diagnosa yang 'abu-abu' dan juga karena saya bukan dokter :D Jadi maaf ya kalo tulisan ini agak ngegantung ^^
Edit (12 Januari 2012):
Barusan saya iseng ngecek statistik blog ini, lumayan surprise juga karena post ini banyak view-nya. Saya cek source-nya, ternyata banyak yang direfer oleh Google setelah masukin keyword "tes darah NS1". Saya iseng lagi untuk nyoba googling dengan keyword itu, walah.. ternyata saya di halaman 1. Pantesan aja.
Jadi atas niat baik karena gak ingin mengecewakan orang yang nyari informasi, ini sedikit saya bagi detil lebih dari pengalaman di atas.
1. Diagnosa terakhir dari penyakit Raka adalah: "bacterial infection". Apa nama bakterinya? Itu dia yang kita juga belum tau, karena ternyata hasil lab-nya Raka dirujuk ke bagian Mikrobiologi FK-UI oleh DSAnya. Deg-degan gak sih? Kok kayaknya serius ya.. Tapi yang penting buat kita sekeluarga, sekarang Raka udah sehat lagi ^^
2. Kenapa harus tes swab tenggorok? Jadi waktu periksa pertama kali dengan DSA 1, si dokter langsung berkomentar, "waduh.. waduh.." waktu melihat tenggorokannya Raka. Katanya ada bintik2 putih tidak umum di tenggorokannya. Dirujuklah kita ke DSA 2, yang katanya (dan memang terlihat) senior banget, dengan catatan: Suspect Difteri. Jreeeng... Pas dokter ke-2 ini memeriksa tenggorokan Raka, dia juga terlihat bingung. Nah lho.. Kenapa bingung, karena ternyata ciri2 difteri adalah adanya selaput putih keabu2an, bukan bintik2 putih kayak Raka. Dan informasi ini, justru saya dapet hasil browsing di internet. Karena kok ya dokternya amat sangat tidak komunikatif, let alone informatif -_-
Tapi karena kita berharap banyak atas kesenioran si dokter, kita jalani lah semua tes lab yang dianjurkan. Dalam 3 hari kita bolak-balik ke RS untuk tes mulai dari tes darah rutin, tes darah NS1, swab tenggorok, pewarnaan difteri, tifus, sampai tes leptospira. Iya, leptospirosis yang akibat tikus itu
-_- Tapi ternyata hasilnya semua negatif. Dokternya bingung, kita lebih bingung lagi. Karena demamnya Raka masih tetap tinggi. Akhirnya si dokter bilang, kalo besok Raka masih demam, dirawat aja ya. Huaaa.. Dan ternyata hari ke-5 demamnya bukannya reda, malah makin tinggi aja.
Karena untuk kita keputusan check-in RS adalah keputusan serius, apalagi buat anak-anak, jadilah kita memutuskan untuk nyari second opinion ke DSA 3. Alhamdulillah yaa.. dokter yang ini amat sangat informatif. Dia yang menerjemahkan semua hasil lab dengan bahasa yang bisa dicerna orang awam kayak kita. Kesimpulannya, "kemungkinan besar ini infeksi bakteri." Diputuskanlah untuk memberikan anti radang ke Raka. Kenapa sampe segitunya? Karena ternyata anti radang tidak boleh diberikan kalau penyebabnya adalah infeksi virus. Dan seperti yang sudah saya ceritain di atas, malam itu juga demamnya Raka hilang ^^
3. Sekarang gantian ke sakitnya papa Raka. Diagnosa terakhir adalah "viral infection". Tapi kok trombositnya pake turun? Nah itu dia. Ternyata infeksi virus jenis apapun memang mengakibatkan trombosit turun. Tapi bedanya dgn DBD, turunnya gak drastis. Pelan-pelan dan cuma sedikit, lalu naik lagi dalam 3 hari sesudah pengobatan. Untuk papanya Raka, faktor utama akhirnya harus dirawat adalah level SGOT-SGPT yang amat-sangat tinggi.
4. Balik ke NS1 ya. Kalo saya boleh ngasih saran sedikit, ini yang perlu saya bagi dari pengalaman saya: (Kata dokter dan teknisi lab) NS1 sensitif 'mengendus' jejak dengue kalau demamnya sudah lebih dari 24 jam. Tapiii.. berdasarkan pengalaman nih ya.. ada baiknya baru tes sesudah demam 3x24 jam. Makanya kalau ada keluarga yang demam tinggi, jangan panik dulu. Tapi jangan lengah juga. Kalau hari ke 3 masih demam, langsung tes lab. Pada saat ini NS1 udah jauh-jauh lebih sensitif. Bisa langsung ketauan, ada dengue atau enggak. Kalau cuma tes darah biasa, biasanya hari ke-3 belum terlihat penurunan trombosit, jadi suka lolos tuh diagnosa DBD. Untuk harga, satu kali tes NS1 berkisar antara Rp.280.00 - Rp.300.000. Lebih mahal dari tes darah rutin yang cuma sekitar Rp.50.000an.
Oke deh.. semoga informasi saya ini cukup berguna ya ^^ Kalau ada salah-salah kata, mohon dimaklumi karena saya gak punya latar belakang medis sama sekali.
No comments:
Post a Comment